Disekitar Da'wah dan Politik: Sebuah Pengantar
Irama sejarah pergerakan
masyarakat bangsa diwarnai semerbak harumnya bunga kesadaran kemerdekaan. Harum
bunga itu merasuk hampir keseluruh sudut persada permai tanah air Indonesia,
hingga keharumannya berubah menjadi percikan revolusi yang bersemayam dekat
dipelupuk mata, membara disetiap dada rakyat. Tak pelak semangat revolusi ini
telah melahirkan perlawanan yang heroik, tampil dengan gagah berani, mengusir
kaum penjajah karena desakan yang dahsyat untuk memerdekaan diri, menggema
dengan semboyan : m e r d e k a atau m a t i.
Semboyan itulah kemudian
menjalar menembus segenap lapisan kekuatan sehingga menjadi padu, hingga terasa
ada kepentingan bersama yang menjadi titik temu, yakni tekad mengusir habis kaum
penjajah dari muka bumi tercinta. Inilah nilai luhur yang dijunjung, karena
memang setiap penjajahan dimuka bumi bertentangan dengan prikemanusiaan dan
prikeadilan.
Panggilan suci bagi anak
bangsa itu menjadi komitmen yang kukuh untuk memelihara dan menjaga
kemerdekaannya, seraya menyemaikannya kepada sesama anak bangsa di setiap
generasi berganti. Karena semua harum bunga itu terlahir sebagai suatu
keniscayaan. Penting dan strategisnya kemerdekaan sebagai buah perjuangan para
pendiri pedahulu kita, para pejuang kusuma bangsa, hendaknya tetap semerbak dan
memercikan perubahan bagi perbaikan nasib anak negeri diesok hari. Sebab kita
sadar bahwa tidak mungkin dapat mewujudkan persatuan apalagi kedaulatan,
begitu pula keadilan dan kemakmuran, bila kemerdekaan tidak dalam genggaman.
Menyambungkan rasa
terima kasih terhadap para pejuang dan pendiri bangsa atau menyambungkan
silaturahmi dengan para pendahulu yang telah berjasa berkorban jiwa,raga dan
harta, merupakan tanggung jawab ahli waris bangsa, sebagai panggilan suci yang
tidak terbantahkan dan tidak mengenal batas. Panggilan suci ini karena memang
masyarakat kita yang sangat religious, sebagaimana yang diwujudkan dalam
landasan moralnya, Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai refleksi kuat kehidupan beragama
sehingga dapat menyemai kebudayaan yang berkualitas kemanusiaan yang
berkeadilan dan berperadaban atau sebagai negara bangsa yang memiliki moral
yang luhur dan berakhlaq mulia.
Sungguh menjadi penting
menebarkan terus harumnya kesadaran bernegara (da’wah politik) seiring dengan
senantiasa mengukuhkan landasan moral yang luhur (politik da’wah) bagi impian
Indonesia (Indonesian dreams) yakni terwujudnya masyarakat bangsa yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Terkait itulah kiranya,
da’wah politik dan politik da’wah, punya tempat dalam kesertaan untuk menyusun
dan menata kehidupan kenegaraan warga negara, sekligus menjadi ukuran
pengabdian bagi putra-putri bangsa terbaik di hari tibanya nanti.
Hal tersebut sejalan
dengan kesadaran eksistensi diri kesejatian manusia, sebagai makhluk etik,
makhluk yang member tempat dan ruang bagi etika, moral, agama, hukum, budi
pekerti dan kearifan lokal. Sehingga dengan kesadaran eksistensi diri inilah manusia
selalu mendapat panggilan untuk dapat menata ulang peradaban yang mulia.
Rasulullah bersabda “aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq” ini berarti bahwa
manusia adalah makhluk etik/ makhluk yang beretika, bermoral dan berakhlaq.
Merenda pandangan
yang sama tentang da’wah politik tidaklah mudah, sebab itu tidak keliru bila
dalam hubungan ini menguraikan apa yang dimaksud dengan da’wah politik itu ?
sembari mengemukakakan pula lingkaran yang melingkupi perihal da’wah politik
tersebut ? sehingga atas dasar itulah, diharapkan lahir kesamaan pandang hingga
terhindar dari dugaan yang salah.
Seiring dengannya --
sebagai latar belakang -- mengapa penting da’wah politik ini, hingga harus
tersaji sebagai pembahasan ? Mudah diterka memang, misalnya, apakah ada
hubungannya dengan perjuangan negara bangsa ? lalu nilai-nilai
dasar apa yang menopang dan menjadi pendongkrak, sehingga sebegitu kuat
mendorong harapan dan cita-cita kita semua. Sementara itu pun – proses sejarah
perjuangan bangsa berjalan terus – memanggil kita untuk ikut mewujudkannya.
Pengertian da’wah politik
Di sini, da’wah
diartikan sebagai kegiatan menyampaikan kebenaran baik melalui ucapan, tulisan
maupun melalui prilaku keseharian. Sementara politik –dalam kaitan pengertian
da’wah tersebut—merupakan kehadiran kekuasaan yang berpengaruh terhadap proses
pembangunan peradaban manusia. Sehingga da’wah politik merupakan penyampaian
nilai-nilai kebenaran yang berpengaruh bagi terbangunnya dan
terwujudnya peradaban kehidupan manusia yang cerdas dan muliya.
Adapun nilai-nilai kebenaran
dimaksud adalah yang sesuai dengan fitrah kejadian manusia yang bersifat
universal, seperti nilai berketuhanan, nilai berkeadilan dan nilai
berkemanusiaan yang beradab.
Sebagai makhluq yang
diciptakan Tuhan dengan sebaik-baik penciptaan, manusia merupakan wakil
Tuhan di muka bumi, yang beraktifitas menebar kebajikan hingga berprilaku indah
atau berbudi pekerti luhur.
Pesan-pesan ketuhanan
yang diemban manusia senantiasa mengejawantah dalam seluruh segi
kehidupannya. Sehingga da’wah politik tidak lain adalah tersampaikannya
kebenaran hingga kekuasaan (politik) dapat berjalan membangun kehidupan
peradaban ummat manusia yang luhur, yang menempatkan manusia dalam martabatnya
yang muliya.
Ruang lingkup da’wah politik
Da’wah politik meliputi
seluruh segi kehidupan manusia mulai dari berbagai pemikiran dan
gagasan-gagasannya, tatanan dan institusi-institusi kehidupan masyarakatnya
serta wujud kebudayaan dan peradabannya. Memang luas, tetapi dalam hubungannya
dengan masyarakat bangsa atau dengan sebutan da’wah politik kebangsaan
sepertinya, akan terfokus pada bagaimana nilai-nilai luhur kebangsaan dapat
berpengaruh terhadap kebijakan public, hingga nilai-nilair luhur tersebut,
bukan hanya diposisikan sebagai nilai-nilai kebenaran yang menjadi titik temu
atau konsensus bagi terbangunnya negara bangsa, akan tetapi juga sebagai
formula gambaran cita-cita Negara bangsa tersebut yang menjadi impiannya.
Kita maklum, nilia-nilai
kebenaran yang menjadi titik temu kemajemukan bangsa tersebut, lewat proses
interaksi panjang pergaulan masyarakat bangsa, romantika dan dinamika
perjuangan kebangsaan, dalam batas-batas tertentu --secara subtantif-- mendapat
konfirmasi dari pandangan agama. Sehingga tidak ada keraguan bahkan senafas
dengan kefitrahan manusia yang hanif yang cenderung memihak dan membela
nilai-nilai kebenaran yang juga dibenarkan dan dianjurkan oleh agama, sekaligus
merupakan prembenaran bahwa manusia sebagai makhluk etik/yang beretika.
Senada tentunya dengan
institusi-institusinya, apakah itu tatanan dan pranatanya sebagai
pengejawantahan daulat rakyat, baik di pemerintahan, perwakilan maupun hukum
yang diberlakukannya, seiring tatanan sistim yang dipilih seperti demokrasi dan
kepartaiannya hendaknya memberi tempat dan ruang bagi etika. Sehingga dengan
proses adaptasi secara rasional dan spiritual maka tentu kehadirannya juga
sejalan dengan kecenderunngan fitrah manusia.
Membangun landasan moral.
Arah yang dituju oleh da’wah
politik, membangun manusia sebagai makhluk etik/makhluk yang beretika,
membangun landasan moral sehingga warga negara berkesadaran akan kehidupan
kebangsaan yang memiliki nilai-nilai luhur yang dari perespektif agama harus
dipertanggung jawabkan dunia dan akhirat.
Landasan moral berbangsa
dan bernegara itu yang kemudian popular dengan sebutan nilai-nilai Pancasila
sebagaimana yang termaktub pada alinea ke empat Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Yang terdiri dari nilai ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah
kebijaksanaan dalam permusyawaran dan perwakilan, serta nilai keadlilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Terkadang memang
nilai-nilai tersebut begitu akrab ditelinga kita walau adakalanya hampa
pemaknaannya dalam realita. Dulu begitu bergemuruh pada sidang-sidang badan
usaha-usaha persiapan kemendekaan Indonesia dan gegap gempita dalam perjuangan
mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sekarang tidak perlu dikatakan lagi, yang
jelas realita menuntut penyegaran agar nilai-nilai kebenaran yang sesuai dengan
fitrah kemanusiaan ini, bergema kembali hingga kedekatan kita semakin rekat,
kemajemukan masyarakat bangsapun diharap semakin menemukan titik temu pada
nilai kemulyaan kebangsaannya.
Komentar
Posting Komentar