Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Disekitar Da'wah dan Politik: Sebuah Pengantar

Irama sejarah pergerakan masyarakat bangsa diwarnai semerbak harumnya bunga kesadaran kemerdekaan. Harum bunga itu merasuk hampir keseluruh sudut persada permai tanah air Indonesia, hingga keharumannya berubah menjadi percikan revolusi yang bersemayam dekat dipelupuk mata, membara disetiap dada rakyat. Tak pelak semangat revolusi ini telah melahirkan perlawanan yang heroik, tampil dengan gagah berani, mengusir kaum penjajah karena desakan yang dahsyat untuk memerdekaan diri, menggema dengan semboyan : m e r d e k a  atau  m a t i. Semboyan itulah kemudian menjalar menembus segenap lapisan kekuatan sehingga menjadi padu, hingga terasa ada kepentingan bersama yang menjadi titik temu, yakni tekad mengusir habis kaum penjajah dari muka bumi tercinta. Inilah nilai luhur yang dijunjung, karena memang setiap penjajahan dimuka bumi bertentangan dengan prikemanusiaan dan prikeadilan. Panggilan suci bagi anak bangsa itu menjadi komitmen yang kukuh untuk memelihara dan menjaga kemerdek

Liputan Media

Gambar

Sketsa

Gambar

Nafas Kehidupan

Gambar

Pemimpin Harapan

Gambar

Bermakna

Gambar

Bukan Sekedar Presiden

Gambar

Memajukan Pribumi

Gambar

Kerjasama Keadilan

Gambar

Ikan Berpolitik

Gambar

Politik Luhur

Gambar

Kearifan Demokrasi

Gambar

Politic The Art of Life Together

Gambar

Melahirkan Negarawan

Gambar

Inspirasi Kepemimpinan

Gambar

Negara Keadilan

Gambar

Menjual Kedaulatan

Gambar

Peran Cendekiawan

Sepertinya hanya kaum cendekiawan yang mampu menperbaiki negeri ini, sebagaimana sejarah membuktikan kepada kita bahwa begitu gagah berani para pejuang kita melakukan perlawanan terhadap kaum penjajah yang tersebar dihampir setiap pelosok tanah air tetapi selalu saja kandas. Namun ketika beralih kepada gerakan intelektual hadirnya Budi Utomo di antaranya yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda dan berikutnya melahirkan pernyataan kemerdekaan bangsa Indonesia, selama rentang waktu kurang lebih dua puluh tahun. Hingga para kaum cendekiawan tersebut merumuskan arah dan landasan kehidupan berbangsa dan bernegara. Sekarang dikalangan kaum cendekiawan seakan masing masing mengambil jarak, mengamankan dirinya masing-masing kendati mereka pun tahu bahwa negara bangsa ini dalam keadaan yang memprihatinkan. Memang dibutuhkan seorang “dirigen” yang sanggup menyatukan nada-nada (keahlian) cendekiawan ini hingga melahirkan irama kehidupan yang membahagiakan bagi rakyat. Ibarat dirigen angklung